SEJARAH ALONE AT LAST

ALONE AT LAST (disingkat AAL) pertama kali dibentuk tahun 2002 oleh
Athink, Bahe, dan Abok, Kemudian saya (Indra) ikut bergabung untuk
bermain gitar dan menyanyi. Karena kita ngebutuhin vokal yang bisa lebih
ekspresif dan cocok dengan jenis musik yang menurut kita terhitung
progresif saat itu, kita sempat meminta Ujo, untuk menyanyi untuk AAL,
tapi kemudian kita menemukan Yas, yang saat itu gawe di Disconnect, Buah
Batu. Bahe ngerekomendasiin Yas untuk bergabung bersama kita. Bahe
sendiri saat itu fotografer di Ripple Magazine, sebuah majalah Indie
populer di kota Bandung. Salah satu majalah yang menyuarakan karya-karya
musik Indie Indonesia, khususnya di Bandung. Dari majalah Ripple
inilah, AAL mulai bisa banyak berkembang dan dipromosikan ke khalayak
massa musik underground/indie di bandung dan jakarta. Sebagaimana
Athink, Bahe yang mempunyai network musik yang cukup luas ini memegang
peranan penting dalam awal pembentukan band yang sering dicap "Emo
Indonesia" ini.Selama hampir setahun dalam tahun 2002, AAL hanya
manggung 2 kali, yang pertama di tempat skate anak-anak bandung, yaitu
di Bouqiet Cafe "FREE AT LAST" dan yang kedua di Kuningan Jakarta.
Apresiasi masa dengan lagu-lagu AAL sudah lumayan baik. Lagu yang
dibawakan saat itu cukup banyak, tapi yang sempat dirilis oleh Ripple
Magazine dan Riotic Compilation cuma ada dua; "No More Worries" dan "No
Feeling", yang kebetulan posisi vokal masih dipegang oleh saya sendiri
(sambil ngegitar). Meskipun dibuat dalam format CD demo, dua lagu ini
juga dipromosikan dalam bentuk kaset tape di Ripple Magazine. Berikut
dengan page Interview AAL di dalamnya.Ada satu kejadian yang membuat AAL
beruntung saat itu. Sebuah perusahaan rekaman nasional menawarkan kita
untuk membuat album full setelah mendengar lagu2 promosi dari Ripple
itu. Mereka meminta 5 sample lagu AAL yang baru sebelum mereka betul2
akan menawarkan kontrak serius. Sejak kesempatan itu, otomatis kita
semua langsung membuat rekaman demo sebanyak 5 lagu. Kita rekaman di
STUDIO 45 yang saat itu berlokasi di Jl. Riungpurna II, Bandung. Dalam
proses rekaman demo, saya dan Bahe tiba-tiba punya keraguan kalau
perusahaan rekaman itu betul-betul menginginkan AAL untuk dirilis. Saya
pribadi khawatir bahwa CD demo kita tertukar dengan band lain yang
kebetulan sewaktu itu sedang promosi juga, band itu bernama CUPUMANIK.
Setelah investigasi ke Ripple dan pihak perusahaan rekaman, ternyara
dugaan saya benar... wakil dari perusahaan rekaman itu mendengarkan CD
dari Cupumanik, dan bukan Alone at Last.Kecewa dengan kenyataan yang
pahit ini, AAL tidak berhenti di tengah jalan. Rekaman tetap diteruskan.
Kita berpikir "WHY WE SHOULD DEPENDS OUR DESTINY TO MAJOR LABELS? WE
CAN BE PRODUCTIVE WITHOUT WITHOUT THEM". Di sinilah spirit Indie AAL
berasal - Indie yang bermakna "Independent" pada dasarnya punya prinsip
yang sama dengan "Underground" yaitu D.I.Y (Do It Yourself). Dengan
bantuan pemilik studio, Chaerul (Gitaris Noin Bullet), dan sound
engineer profesional, Yayat (Soundman BURGERKILL, band Metal nomor satu
di Indonesia), dan Yoni (ex-vokalis Turtle Junior). AAL akhirnya
melahirkan album pertamanya (E.P) yang diberi judul "Sendiri Vs. Dunia" -
Athink lebih tahu banyak tentang sejarah penamaan album E.P ini, yang
pastinya ia lebih berhubungan dengan toilet dibandingkan dengan state
of mind AAL sesungguhnya ttg dunia.Andhika, gitaris band punk Bandung
TURTLE JR., tertarik untuk merilis album "Sendiri Vs. Dunia", AAL
dijadikan proyek pertama perusahaan rekaman indie pertamanya, ABSOLUTE
RECORDS. Album "Sendiri Vs. Dunia" secara resmi dirilis tahun 2004. Hit
pertamanya yang terkenal dan sering di pasang di radio-radio di Bandung
berjudul "Amarah, Senyum, dan Air Mata". Videoklipnya kemudian dibuat
oleh Speed-o-Film, disutradai oleh Eric. Pembuatan videoklip ini juga
dibantu oleh teman-teman dari band punk ternama di Bandung, SENDAL JEPIT
dan band punk cewek BOYS R TOYS. Menurut koran Kompas, Videoklip lagu
ini mencatat rekor sebagai videoklip yg paling banyak di download di
Youtube di Indonesia (source:
http://www.kompas.com/read/xml/2008/05/26/1954593/budaya.ekspos.di.jagat.maya).Beberapa
bulan sebelum rekaman, ketika tahun 2003, Abok mengundurkan diri dari
AAL karena ingin lebih fokus pada pekerjaannya sejak ia diterima
sebagai Pegawai Negeri Sipil di dinas Balai Perkotaan Bandung.Ubey
datang di saat yang tepat, saat itu Ubey yang botak dan berperawakan
kurus masih "malu-malu" ketika manggung di Gedung Dewan Kesenian
Cianjur (DKC), sebuah show Underground di kota Cianjur, Jawa Barat.
Tapi tidak lama kemudian, seperti Yas, Ubey menjadi perhatian utama
para penonton karena aksi panggungnya yang katanya "cadas!"Teman-teman
dari SENDAL JEPIT dan ROCKET ROCKERS selama perjalanan sejauh ini
sangat banyak mendukung awal terbetuknya band ini. Dan begitu juga
dengan band-band lain seperti JOLLY JUMPER, DISCONNECTED, BESIDE,
NUDIST ISLAND, BUCKSKIN BUGGLE, dan banyak lagi.Tanpa diduga album
SENDIRI Vs. DUNIA (EP) terjual hingga 1,500 kopi dalam bentuk kaset dan
masih diproduksi ulang hingga sekarang. Versi bajakan pun tidak kalah
banyaknya, orang banyak yang membajak album pertama AAL ini dan
menyebarkan materi ini ke masa-masa lain. Meskipun tidak mengeluarkan
versi CD, album CD bajakan AAL dapat ditemukan di pasar kembang dan
tempat-tempat lain yang menjual CD dan DVD bajakan. Tentunya, kualitas
suaranya tidak sebagus yang asli. Dalam versi bajakan ini juga
judul-judul lagu banyak yang diubah. Lagu "Kisah Jejak Terhina",
contohnya, diubah menjadi "Yang Tersiksa".Sejak album dan videoklip
pertama AAL dipublikasikan ke media-media, termasuk ke Radio Paramuda,
Ardan, Stasiun TV lokal STV, dan ke MTV. AAL mulai menjadi perhatian
banyak orang. Baik itu mereka yang ngefans maupun yang membencinya.
Ditambah dengan suara-suara parau "anti-EMO" yang tidak menyukai
musik-musik seperti AAL - meskipun AAL tidak pernah mencap dirinya emo.
Jadwal manggung pun (gigs) pun mulai memenuhi agenda mingguan AAL.
Anoy, yang waktu itu manager AAL banyak berjasa dalam membawa AAL dalam
proses ini.Tahun 2006 saya menyatakan mengundurkan diri dari AAL
berhubung urusan keluarga dan rencana studi ke Australia. Setelah
melakukan beberapa sesi audisi, akhirnya posisi saya diisi oleh Ucay,
yang sampai sekarang masih bermain di AAL. Dengan formasi inilah,
Athink, Ubey, Yas, Bahe, dan Ucay, AAL melahirkan album keduanya yang
berjudul "JIWA". Dirilis tahun 2008 dengan produser yang sama Andhika,
Chaerul, dan Yayat, lagu-lagu baru AAL mulai melakukan sedikit
eksperimen. Hits barunya berjudul "Muak Untuk Memuja", yang videoklipnya
dirilis di tahun 2008 dan disutradai oleh Yas sendiri. Selain Muak
Untuk Memuja,hits alone at last seperti "Jiwa", "Taman", "Gadis Kecil
Berbisa", dan "Dear Love" juga sering masuk chart atas di radio-radio
lokal.Selain Bandung dan Jakarta, kali ini massa AAL mulai merambah dari
Medan, Riau, Palembang, Garut, Tangerang, Cirebon, Tasikmalaya,
Yogyakarta, Semarang, Solo, Surabaya, Bali, Pontianak, Makassar, dan
Papua. Sehingga di tahun 2006 dan 2007 adalah tahun-tahun yang penuh
dengan tur musik. Di tahun-tahun ini juga mulai terbentuknya sebuah
perkumpulan non-formal para penggemar AAL yang dinamakan STAND ALONE
CREW (SAC), sebuah komunitas musik untuk berbagi pengalaman, berdiskusi,
dan turut berpartisipasi dalam mengembangkan pergerakan musik
underground di Bandung. SAC hingga sekarang masih aktif dibawah
manajemen baru yang dikepalai oleh saya sendiri, bersama dengan Davit,
dan Rizzy (Indiebandung.com).Dengan keluarnya Bahe dari AAL di tahun
2007, posisi gitar hanya dipegang oleh Ucay. Untuk mengisi kekosonganm
posisi ini, AAL menarik additional player yang bernama Davit (Beauty
forgotten) yang sejak sebelumnya sudah menjadi kru AAL. Di pertengahan
tahun 2008, karena pulang ke Indonesia, saya secara resmi menyatakan
untuk bergabung kembali dengan AAL. Teman-teman dan keluarga besar AAL
ikut menyambut baik kembalinya saya ke dalam band. Meskipun tidak
terlibat banyak dalam proses rekaman album Jiwa, saya ikut bergabung
dalam proses pembuatan videoklip baru AAL "Muak Untuk Memuja". Hingga
sekarang formasi AAL antara lain: Athink, Ubey, Yas, Ucay, dan saya
sendiri, Indra. Sedangkan posisi manager tidak lagi dipegang oleh Anoy,
tapi oleh Kikio Nugraha. Dan posisi Road Manager dipegang oleh M. Ikrar
Hasibuan (Bang Ucok), dan dibantu oleh kru-kru handal: Davit, Deeda,
Amy, Bruise, Rizq. Beberapa kru dari Absolute Records kadang-kadang
turun tangan untuk membantu dalam event tertentu.Kini AAL sudah berumur 7
tahun, bukan waktu yang sedikit dalam karir musik. AAL tidak
mempedulikan label Indie atau Major seperti yang sering diributkan oleh
sebagian musisi dan pemerhati musik yang idealis. Bagi AAL
mengembangkan karir musik bis dimana saja. Kenyataannya, batas pemisah
antara Indie dengan Major sudah semakin tipis. Perusahaan-perusahaan
musik besar Indonesia pun sudah mulai banyak melirik band-band indie,
seperti ROCKET ROCKERS dan BURGERKILL yang pernah dirilis oleh SONY.
Dalam kerangka globalisasi yang semakin terasa oleh kehidupan kita
sehari-hari, AAL mendukung semua band-band lokal Indonesia yang selalu
bergerak dalam kerangka progresivitas musik, terutama dalam
mempertahankan keunikan musik belantika Indonesia, yang merupakan
perkawinan dari subkultur timur dan barat, tradisional dan modern,
belantika dan mancanegara. Melawan semua diferensiasi sosial dalam
komunitas Underground. Persatuan para musisi dengan orang-orang yang
bergerak dan bekerja di bidang media massa, baik cetak maupun
elektronik memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan hidup
dan matinya kreativitas dan keunikan musikalitas musik-musik
Underground/Indie seperti yang diusung oleh AAL. Tanpa menolak
keberadaan musik Pop, AAL bersama band-band lokal lain menawarkan
alternatif musik lain. Demi menjaga keberagaman belantika musik
Indonesia.